Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Ayam Negeri Dalam Formulasi Krim Tabir Surya


 Dosen tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar Yusnita Usman, S.Si.,M.Si.,Apt.  melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur Ayam Negeri Dalam Formulasi Krim Tabir Surya” dengan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut :
Limbah cangkang telur yang dibuang di sembarang tempat dan disimpan pada temperatur ruangan dengan cepat akan menimbulkan bau belerang yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan metode alternatif dalam pengolahan dan penggunaan  limbah cangkang telur tersebut menjadi suatu produk yang bermanfaat.  Penyusun utama dari cangkang telur  yaitu kalsium karbonat (CaCO3) dapat dihaluskan sampai ukuran serbuk sekecil mungkin sehingga diperoleh tekstur berupa bedak tabur yang dapat berfungsi sebagai penahan sinar ultraviolet (UV). Kalsium karbonat memiliki aktivitas sebagai tabir surya dengan mekanisme fisik yakni memantulkan sinar UV. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah cangkang telur  menjadi bahan aktif dalam formulasi  krim tabir surya.
Tahapan penelitian ini dimulai dengan pengolahan cangkang telur ayam ras dengan cara terlebih dulu direndam dengan air panas selama 15 menit kemudian dijemur hingga kering dan dipisahkan membran putih yang melekat pada cangkang kemudian dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 200 mesh dan hasilnya dipanaskan dengan oven selama 15 menit pada suhu 100ºC. Selanjutnya  bubuk cangkang  tersebut kemudian diformulasi menjadi sediaan krim tabir surya dengan tipe emulsi minyak dalam air (M/A) dengan konsentrasi zat aktif F1(10%) dan F2 (15%).  Krim tersebut kemudian dievaluasi kestabilan fisik yang meliputi uji organoleptis, tipe emulsi, kriming, viskositas dan pH serta inversi fase sebelum dan setelah kondisi dipercepat selama 12 jam secara bergantian  pada suhu 5oC dan 35oC sebanyak 10 siklus. Untuk melihat stabilitas fisik krim, hasil evaluasi fisik sebelum dan setelah penyimpangan dipercepat kemudian dianalisa secara statistik menggunakan uji T parsial dengan tinggat kepercayaan 95% dan P < 0,05 dinyatakan bermakna.
Uji daya hantar listrik yang dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat pada F1 dan F2 menunjukkan tipe krim adalah minyak dalam air (m/a) selama 10 siklus dan tidak terjadi perubahan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dibuktikan bahwa kedua formulasi sediaan krim mempunyai tipe emulsi m/a dan tidak terjadi inversi fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat.
Pengujian dengan metode dispersi larutan zat warna dilakukan menggunakan zat warna metilen biru pada F1 dan F2 sebelum dan setelah dilakukan penyimpanan dipercepat yang dilakukan selama 10 siklus. Dari metode dispersi larutan zat warna, kedua sediaan krim menunjukkan perubahan warna dari putih menjadi biru muda. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dibuktikan bahwa kedua formulasi sediaan krim mempunyai tipe emulsi m/a dan hal ini sekaligus menunjukkan tidak terjadi inversi fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat.
Pengujian dengan metode pengenceran berdasarkan medium pendispersi menunjukkan  sediaan krim F1 dan F2 dapat terencerkan dengan aquadest. Berdasarkan hasil tersebut, maka dibuktikan bahwa kedua formulasi sediaan krim yakni F1 dan F2 mempunyai tipe emulsi m/a dan tidak terjadi inversi fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat.
Hasil pengamatan organoleptik yang telah diamati sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat pada sediaan krim F1dan F2 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna dan bau selama 10 siklus. pada F1 dan F2 Warnanya putih tulang, dan baunya tetap khas. hal ini dapat diartikan bahwa krim cangkang telur memiliki stabilitas yang baik dalam penyimpanannya. Untuk pengamatan volume kriming menunjukkan tidak terjadinya kriming pada F1 dan F2. Hasil pemeriksaan pH menunjukkan tidak ada perubahan pH pada F1 dan F2 dan nilai pH  krim=6 masih berada dalam kisaran pH kulit.
Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer brookfield dengan “spindle” no 7 rpm 50. Viskositas F1 siklus 0 dan siklus 10 berturut-turut adalah 20800 ; 24800 (dimana P=0,564 > 0,05). Sedangkan viskositas F2 siklus 0 dan siklus 10 berturut-turut adalah 23200 ; 25600 (dimana P=0,574 > 0,05). Berdasarkan uji T parsial perubahan viskositas yang terjadi baik di F1 maupun F2 dinyatakan tidak bermakna karena P>0,05. Sehingga dapat dikatakan kedua formula krim masih dianggap stabil karena perubahannya dianggap tidak bermakna secara statistik.
Berdasarkan 4 parameter uji stabilitas fisik dibuktikan bahwa kedua formula krim yakni F1 dan F2 tidak mengalami perubahan organoleptik, pH serta tidak terjadi kriming setelah penyimpanan dipercepat. Kedua formula mengalami perubahan viskositas ditandai dengan meningkatkanya viskositas baik F1 dan F2 setelah penyimpanan  dipercepat. Tetapi perubahan tersebut dinyatakan tidak bermakna menurut analisis statistic dengan uji T parsial sehingga F1 dan F2 masih dapat dikategorikan memiliki stabilitas fisik yang baik dan memenuhi prasyarat sediaan krim.



Sampel Cangkang Telur Ayam Negeri

Penimbangan Bahan

Pembuatan Krim

Uji Daya Hantar Listrik

Uji Dispersi Zat Warna dengan Metilen Biru

Uji Pengencaran dengan Medium Pendispersi (Aquadest)

Tampak Atas Uji Oranoleptis Krim

Pengukuran Vikositas Krim

Uji PH

Pengukuran Volume Kriming

Pelatihan Pengolahan Obat Tradisional Daun Sirsak (Anona muricata) Pada masyarakat Untuk Pencegahan penyakit kanker di Desa Taraweang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep

Dosen STIKES Nani Hasanuddin Makassar, Rahmatullah Muin, S.Farm, M.Si, Muthmainna B,S.Si,M.Si,Apt dan La Sakka,S.Farm,M.Si,Apt Melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan Pengolahan Obat Tradisional Daun Sirsak (Anona muricata) Pada masyarakat Untuk Pencegahan penyakit kanker di Desa Taraweang Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep” dengan ringkasan hasil sebagai berikut
Pengobatan kanker secara medis yang selama ini dilakukan adalah melalui pembedahan (operasi), penyinaran (radiasi) dan terapi kimia (kemoterapi). Akan tetapi, pengobatan tersebut sering menimbulkan efek samping seperti penyebaran sel kanker ke 5 bagian lain, merusak sel sehat, serta dapat mengakibatkan sel kanker bermutasi hingga sulit untuk dihancurkan. Oleh karena itu, penemuan obat baru yang efektif, aman, dan tidak menimbulkan efek samping sangat diperlukan sehingga yang menjadi perhatian adalah kemoterapi, yaitu penggunaan bahan-bahan bioaktif dari hasil sintesis atau isolasi bahan alam.
Salah satu jenis tanaman yang dapat yang memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif adalah sirsak, terutama pada daunnya. Zat aktif dalam tanaman sirsak yang mampu berperan sebagai antikanker adalah Annonaceous acetogenins.. Selain itu, senyawa triterpenoid dan flavonoid di dalam daun sirsak juga memiliki efek antikarsinogenesis (Retnani, 2011). Pada penelitian yang dilakukan Retnani (2011) telah terbukti ekstrak daun sirsak dapat menghambat proses onkogenesis. Namun, yang sekarang digunakan oleh masyarakat Indonesia secara umum adalah rebusan atau infusa daun sirsak..Tujuannya adalah dilakukan Pelatihan Pengolahan Obat Tradisional Daun Sirsak (Anona muricata) Untuk Pencegahan Kanker  Di Desa Taraweang.
Hasil Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan P3M ini dilaksanakan dalam bentuk ceramah, tanya jawab dan diskusi yang diberikan pada masyarakat di Desa Taraweang Kec Labakkang Kab Pangkep. Kegiatan ini laksanakan selama 1hari, yaitu pada tanggal 1 Juli 2019 09.30 – 17.00 WITA. Proses penyelenggaraan penyuluhan ini dilakukan per dusun, dimana peserta dalam kegiatan ini merupakan masyarakat yamg telah pernah menggunakan daun Sirsak sebagai obat. Kegiatan ini diawali dengan pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta penyuluhan terkait dengan penyakit kanker. Peserta kemudian diberikan waktu untuk mengisi daftar hadir yang kemudian dilanjutkan dengan ceramah dan diskusi yang berjalan lancar dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pemberian materi oleh pemateri dibantu dengan media pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan yang diberikan.
Jumlah peserta sebanyak 25 orang dimana terdiri dari 5 perempuan dan 20 laki-laki. Ibu-ibu berasal dari para kader desa dan bapak-bapak ada yang sebagai ketua RT/RW dan ada pula sebagai kepala Dusun di Desa Taraweang. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang kami harapkan para peserta sangat antusias dalam kegiatan ini. Target peserta pelatihan seperti rencana awal merupakan masyarakat yang menggunakan obat tradisional khususnya Daun Sirsak. Dalam pelaksanaan pemberian materi, penambahan pengetahuan tidak semuanya mudah diserap dalam waktu singkat, sehingga pentingnya pemberian pengetahuan lebih lanjut dengan memberikan pelatihan. Ketercapaian dalam pelatihan ini adalah masyarakat mampu dalam mengolah obat tradisional daun sirsak sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional dengan baik (CPOTB) sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi obat tradsional sesuai dengan standar pembuatan dan kita bisa mencegah adanya penyakit kanker sejak dini. 


Formulasi Gel Dari Ekstrak Etanol Kulit Kentang (Solanum tubererosum) Sebagai Anti Jerawat

Dosen STIKES Nani Hasanuddin Makassar, Muthmainna B,S.Si,M.Si,Apt dan Rahmatullah Muin, S.Farm, M.Si Melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian dengan Judul “Formulasi Gel Dari Ekstrak Etanol Kulit Kentang (Solanum tubererosum) Sebagai Anti Jerawat” dengan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut
Bakteri penyebab jerawat antara lain Propionibacterium acnes ,dan Staphyl ococcus epidermis. Propionibacterium acnes merupakan flora normal dari kelenjar pilosebaseus kulit manusia, bakteri ini menyebabkan jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan system imun dan mendukung terjadinya jerawat. Banyak cara untuk menghilangkan jerawat mulai dari penggunaan obat-obat anti jerawat yang mahal, perawatan ke salon-salon kecantikan hingga cara  alami untuk menghilangkan masalah akibat jerawat seperti jeruk nipis,putih telur,lidabuaya, bawang putih dan kulit kentang. Kulit kentang merupakan bahan makanan, tidak banyak orang untuk memanfaatkannya dan di buang begitu saja. Kulit kentang diduga memiliki kandungan senyawa polifenol. Senyawa polifenol pada kulit kentang telah di uji aktivitas anti bakterinya terhadap bakteri Propionibacterium.Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk membuat sediaan gel dari ekstrak etanol kulit kentang (Solanum tuberozun  L.) dan mengetahui kestabilan fisik sediaan.
Dari hasil uji pendahuluan karbopol dipilih sebagai gelling agen yang akan di di gunakan dalam  formula karena dari uji pendahuluan memiliki sifat gel yang baik (organoleptrik, homogenitas, waktu kering, ph, daya sebar).Proses pembuatan gel dibuat dengan cara menimbang nipagin sebanyak 0,07 gram yang berfungsi sebagai pengawet dalam sediaan gel, karbopol 1,5 gram yang berfungsi sebagai bahan dasar pemebentuk gel, ekstrak kulit kentang sebanyak 1,5 gram yang merupakan zat aktif, gliserin 2,5 gram berfungsi sebagai penstabil sediaan gel, propilenggliko 1,2 gram berfungsi sebagai humektan, di cukupkan dengan aquadest sebanyak 30 gram.
Pada uji evaluasi hasi pengamatan organoleptik menunjunkan bahwa formula 1 dengan konsentrasi 5 % menghasilkan sediaan yang kental, berbau khas kentang, dan berwarna coklat, uji organoleptik di dapatkan hasil yang sama pada formula 10% dan 15.
Hasil pengamatan homogenitas menunjukkan hasil yang sama dari ke tiga formula, dimana hasil dari formula 5%, 10%, l5% yang di dapatkan adalah homogen, hal ini di tandai dengan tidak adanya gumpalan atau butiran kasar pada sediaan yang dibuat.
Hasil pengamatan pada uji waktu mengering di dapatkan hasil dari formula 5% pada R1 1 menit 30 detik, R2 1 menit 42 detik, R3 2 menit 10 detik, untuk konsentrasi 10% di dapatkan hasil pada R1 3 menit 10 detik, R2 3 menit 23 detik, R3 2 menit 52 detik, sementara formula dengan konsentrasi 15 % pada R1 3menit 36 detik, R2 3 menit 34 detik, R3 1 menit 32 detik.,
Hasil pengamatan pada uji pH menunjukkan hasil yang sama dari ke tiga formula, dimana hasil dari formula dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% adalah 6.
Hasil pengamatan uji daya sebar pada konsentrasi 5 % untuk replika satu 4,3 cm / 4,3 cm, replika 2 di dapatkan hasil 6,5 cm / 6,2 cm, dan replika 3 di dapatkan hasil 6,5cm / 6,2 cm. Untuk konsentrasi 10%  pada replika 1 di dapatkan hasil 2,5 cm / 2,5 cm, replika 2 dengan hasil 4,5 cm / 4,7 cm, dan replika 3 dengan hasil 3,1 cm  /  3,1 cm. Untuk konsentrasi 15% pada reoplika 1 di dapatkan hasil 2,4 cm / 2,3 cm, replika 2 di dapatkan hasil 2,7 cm / 2,7 cm, dan replika 3 di hasilkan 3,1 cm / 2,9 cm.
Hasil pengamatan pada uji iritasi di dapatkan hasil yang sama pada semua konsentarasi, dimana hasilnya adalah tidak adanya tanda-tanda merah, gatal, atau rasa panas panas pada kulit pada kulit.

Proses Ekstraksi Kulit Kentang

Hasil Ekstraksi

Gel Konsentrasi 5%

Gel Konsentrasi 10%

Gel Konsentrsi 15%

Pengujian Daya Sebar dan Homogenitas

Uji PH

Pengaruh Pemijatan Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi usia 0-6 Bulan Di BPM Suryanti Kota Makassar


STIKES Nani Hasanuddin Makassar menyelenggarakan hibah internal yang diikuti oleh beberapa dosen di STIKES Nani Hasanuddin Makassar, Tugas Dosen  melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang salah satunya yaitu Penelitian. Dalam hal ini,  Ibu Lili Purnama Sari, S.ST.,M.Kes dan Ibu Indah yun dhiniaty Rosidi S.ST.,M.Keb telah melakukan penelitian dengan Judul "Pengaruh Pemijatan Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi usia 0-6 Bulan Di BPM Suryanti  Kota Makassar" dengan ringkasan hasil penelitian sebagai berikut.
Pijat bayi merupakan terapi sentuhan, stimulasi taktil yang memiliki keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi dan merupakan tradisi lama yang mulai diterapkan dalam ilmu kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemijatan bayi terhadap peningkatan berat badan bayi 0-6 bulan. Penelitian ini di laksanakan di Bidan praktik Mandiri Suryanti  di jalan printis kemerdekaan 12 N0.148 kota Makassar,  Penelitian ini merupakan jenis penelitian Experiment dengan desain One Group Pretest-Postest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah untuk kenaikan berat badan bayi yang signifikan maka pemijatan pada bayi harus dilakukan secara teratur yaitu minimal 2-3 kali dalam seminggu. Kami mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan variabel penelitian yang lebih baik.
 
Pemijatan Terhadap Bayi

Foto Bersama Peneliti dengan Orang Tua dan Bayi

Program Pengembangan Rumah Literasi Laktasi Berbasis Komunitas pada Komunitas Pendukung ASI (KP-ASI) Lactalover Makassar

Salah satu bentuk hilirisasi teknologi dan ilmu pengetahuan adalah kebermanfaatan hasil penelitian yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Ini merupakan tujuan utama dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian masyarakat. Sesuai dengan kebijakan. Permen Ristekdikti Nomor: 44 Th 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-PT), setiap dosen sedikitnya wajib melakukan kegiatan ini sekali dalam setiap semester, tentunya mempertimbangkan cakupan manfaat kegiatan bagi masyarakat luas. Salah satu dosen STIKES Nani Hasanuddin Makassar, DR. Azniah Syam, SKM,M.Kes Bersama dengan anggota tim Kegiatan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Hasifah, S.Kep,Ns, M.Kes telah berhasil menyelesaikan beberapa kegiatan pengabdian dalam kurun tahun akademik 2018/2019 (Genap) dan 2019/2020 (Ganjil). Program yang telah direncanakan pada awal tahun 2018 lalu, mendapat dukungan penuh dari Lembaga P3M STIKES NANI Hasanuddin Makassar. Adapun kegiatan yang dilakukan bertajuk “Program Pengembangan Rumah Literasi Laktasi Berbasis Komunitas pada Komunitas Pendukung ASI (KP-ASI) Lactalover Makassar”. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya peningkatan program promosi ASI yang direkomendasikan oleh WHO dalam sepuluh langkah kesuksesan menyusui, yakni mendorong pembentukan kelompok kelompok pendukung ASI (WHO, UNICEF, & IBFAN, 2016). KP-ASI yang terbaik adalah orang-orang yang berada dekat dengan kehidupan ibu atau kelompok masyarakat yang memiliki intensitas interaksi yang tinggi dan cenderung homogen (kultur dan sosioekonomi). Komunitas ibu adalah kelompok fokus utama dalam kegiatan menyusui yang terlibat langsung bersama bayi di tengah keluarga. Menggandeng mitra Kelompok Pendukung ASI “Lactalover Makassar” sebagai sasaran pengembangan dan peningkatan kapasitas. Lactalover Makassar adalah salah satu kelompok pendukung ASI yang terbentuk sejak Juni 2017. Berbasis di Wilayah Kota Makassar, kelompok ini sudah beranggotakan sekitar 145 ibu, baik yang sedang menyusui, yang telah melewati fase menyusui, yang sedang hamil ataupun yang baru merencanakan untuk berkeluarga. Kehadiran kelompok ini berawal dari kesamaan persepsi mengenai betapa beratnya menjalankan peran sebagai ibu baru dalam hal menyusui tanpa dukungan dari teman sebaya. Visi kelompok ini adalah menuju literasi ASI dan 80% ibu menyusui hingga dua tahun di Kota Makassar pada tahun 2030. Misi yang mereka bawa yakni menjadi inspirator produktif ASI dimanapun dan kapanpun, mengajak sebanyak-banyaknya ibu untuk menjadi peer-konselor, dan mengedukasi keluarga (suami, ibu, mertua, kakak, adik, sepupu) tentang pentingnya ASI bagi kehidupan Anggota KP-ASI Lactalover adalah ibu-ibu yang didominasi oleh ibu rumah tangga dan sebagian kecil ibu bekerja, berlatar belakang Bugis-Makassar. Pendekatan budaya dipandang juga perlu dilibatkan dalam memberikan solusi untuk membangkitkan gerakan yang dibawa oleh kelompok ini. Berdasarkan skala prioritas yang diharapkan dari kerjasama pengembangan komunitas ini maka, dipilihlah kegiatan peningkatkan kapasitas pengetahuan individu anggota KP-ASI Lactalover Makassar melalui program terstruktur pelatihan dasar sebagai konselor menyusui sesama ibu. Menyiapkan SDM Kelompok yang berkualitas adalah strategi yang kami pandang sebagai faktor utama yang akan menggerakkan kelompok ini mencapai visi dan misisnya.

Metode pelaksanaan kegiatan akan dibagi menjadi empat tahap yakni:

1. Tahap Inisiasi dan Seleksi
Pada tahap ini, kami akan memilih dan menyeleksi beberapa anggota kelompok dengan kriteria tertentu (memiliki nilai dedikasi yang tinggi terhadap ASI, dibuktikan dengan riwayat kesuksesan memberikan ASI secara Esklusif pada anak-anaknya, memiliki waktu dan bersedia meluangkan waktu untuk memberi bantuan praktis yang diharapkan oleh anggota komunitas). Berdasarkan hasil seleksi dan rekomendasi dari kelompok KP-ASI Lactalover Makassar memilih 13 peserta dari 29 yang mengajukan diri untuk ikut pelatihan. Kriteria seleksi yang menjadi dasar ialah ibu yang memiliki pengalaman menyusui bayi secara eksklusif, dan diperpanjang selama dua tahun; memiliki sikap yang positif terhadap promosi ASI, bersedia untuk membantu sesame anggota kelompok yang menemui hambatan menyusui, berdedikasi pada peran yang telah dipilih Bersama dengan anggota komunitas lainnya.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelatihan akan dilakukan dalam satu hari dengan membagi pelatihan menjadi enam sesi. Tiga sesi pertama adalah pendalaman materi seputar ASI dan menyusui, disertai dengan praktik. Tiga sesi berikutnya adalah pembekalan keterampilan konselor disertai dengan praktik. Semua materi pelatihan diadaptasi dari Modul 40 Jam WHO/UNICEF Pelatihan Konselor Laktasi Nasional.
Proses Kegiatan Pelaksanaan Pelatihan (Sesi 2-4)
Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 14 April 2019 dilaksanakan di Hotel Jolin Makassar. Peserta pelatihan terdiri dari 12, kegiatan dimulai pada pukul 08.00-18.00.
Kegiatan pertama diawali dengan pelaksanaan pre-test, yang terdiri dari tiga dimensi pengetahuan menyusui yakni manfaat ASI, mekanisme pengeluaran ASI, dan keterampilan menyusui. Instrument penilaian terdiri dari 15 pertanyaan. Kemudian dilanjut dengan pemberian materi pendalaman ilmu pengetahuan dan keterampilan laktasi dalam tiga sesi secara berturut-turut: Manfaat Menyusui, Cara Kerja Menyusui dan Menilai Proses Menyusui. Kemudian Praktik Menilai Kegiatan Menyusui. Dilanjutkan dengan materi pendalaman keterampilan komunikasi dan konseling dalam tiga sesi secara berturut-turut: Keterampilan Mendengar dan Mempelajari, Keterampilan Membangun Percaya Diri dan Memberi Dukungan, dan Kemampuan Mempertahankan Menyusui. Sesi pelatihan kemudian ditutup dengan post-test.
Berdasarkan hasil analisis data (paired sample t-test) dan uji normalitas data (Kologorof Smirnov p>0.2), nampak berbeda secara bermakna perubahan pengetahuan ibu setelah mengikuti pelatihan.
Foto Bersama pemateri dan peserta pelatihan
3. Tahap Evaluasi Hasil Kegiatan
Evaluasi hasil kegiatan terdiri dari tiga, yakni pre-test sebelum berlangsung kegiatan, diakhiri dengan post-test setelah pelatihan. Evaluasi kedua yakni, peserta pelatihan harus melaporkan hasil pelaksanaan konseling kepada klien di lapangan (Ibu menyusui) dalam bentuk form terstruktur disertai bukti konseling. Evaluasi ketiga adalah bentuk konfirmasi dari klien yang telah diberi konseling, lebih kepada survei kepuasan selama berinteraksi dengan peer-konselor. Pada pre-test, rata-rata peserta mendapatkan nilai 9,00 untuk pengetahuan dan keterampilan menyusui. Setelah pelatihan rata-rata nilai peserta meningkat menjadi 10.5.
Perbandingan skor penilaian sebelum dan setelah pelatihan peer konselor laktasi

Walaupun peningkatan nilai hanya 1.5 point namun secara bermakna rentang seluruh skor meningkat secara bermakna meninggalkan kuadran pertama pada bagan boxplot di atas. Nilai minimum sebelum pelatihan adalah 7.00 menjadi 8.00 setelah pelatihan. Dan nilai tertinggi setelah pelatihan adalah 13.
4. Tahap Evaluasi Outcome Konseling Terhadap Beberapa Anggota KP-ASI Lactaover Makassar
Tahapan ini adalah penilaian kinerja peer-konselor selama dua bulan setelah pelatihan, dengan melihat keaktifan grup konseling dan indicator peningkatan jumlah anggota dan kegiatan rutin bulanan yang terlaksana dipandu oleh peer konselor terlatih.
Setelah dua bulan pelaksanaan kegiatan pelatihan peer konselor, mereka yang terlatih tersebut diminta untuk melaporkan kinerja selama dua bulan paling tidak membantu mengatasi permasalahan seputar laktasi dengan merapkan dua keterampulan utama komunikasi dan konseling, yakni latihan mendengar dan memahami, membangun percaya diri dan memberi dukungan dan, mempertahankan menyusui. Melalui form survei terhadap seluruh anggota KP-ASI yang tergabung dalam grup whatsapp, kami mendapatkan kesan bahwa, ketanggapan peer konselor dalam menjawab keluhan-keluhan seputar menyusui menjadi lebih cepat, dibandingkan sebelum adanya peer-konselor dalam kelompok. Kemudahan memperoleh pelayanan informasi meningkat karena ada sepuluh ibu yang siap memberikan informasi dan bantuan praktis bila diperlukan, semakin banyak ibu yang mengajak teman teman sesama ibu untuk bergabung dalam KP-ASI Lactalover Makassar karena merasa kelompok ini sangat membantu dalam proses belajar menyusui, barrier wilayah, waktu, jarak dapat diatasi melalui konseling berbasis grup.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mampu meningkatkan kapasitas para ibu rumah tangga khususnya ibu menyusui untuk sama-sama menguatkan peran dalam mendukung upaya literasi laktasi. Pelatihan peer-konselor mampu mengatasi hambatan jarak, waktu, dan tempat bagi ibu menyusui untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada saat menghadapi kendala dalam memberikan ASI.

Kedepan diperlukan perluasan dampak kegiatan kemitraan bersama, agar dapat dirasakan oleh lebih banyak ibu, dan meningkatkan kemandirian, mentalitas, dan kapasitas ibu sebagai penggerak rumah tangga. Menyusui adalah tanggungjawab ibu, tapi memberi kesempatan bagi ibu menyusui lebih lama adalah tanggung jawab seluruh masyarakat.