Program Pengembangan Rumah Literasi Laktasi Berbasis Komunitas pada Komunitas Pendukung ASI (KP-ASI) Lactalover Makassar

Salah satu bentuk hilirisasi teknologi dan ilmu pengetahuan adalah kebermanfaatan hasil penelitian yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Ini merupakan tujuan utama dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian masyarakat. Sesuai dengan kebijakan. Permen Ristekdikti Nomor: 44 Th 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-PT), setiap dosen sedikitnya wajib melakukan kegiatan ini sekali dalam setiap semester, tentunya mempertimbangkan cakupan manfaat kegiatan bagi masyarakat luas. Salah satu dosen STIKES Nani Hasanuddin Makassar, DR. Azniah Syam, SKM,M.Kes Bersama dengan anggota tim Kegiatan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Hasifah, S.Kep,Ns, M.Kes telah berhasil menyelesaikan beberapa kegiatan pengabdian dalam kurun tahun akademik 2018/2019 (Genap) dan 2019/2020 (Ganjil). Program yang telah direncanakan pada awal tahun 2018 lalu, mendapat dukungan penuh dari Lembaga P3M STIKES NANI Hasanuddin Makassar. Adapun kegiatan yang dilakukan bertajuk “Program Pengembangan Rumah Literasi Laktasi Berbasis Komunitas pada Komunitas Pendukung ASI (KP-ASI) Lactalover Makassar”. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya peningkatan program promosi ASI yang direkomendasikan oleh WHO dalam sepuluh langkah kesuksesan menyusui, yakni mendorong pembentukan kelompok kelompok pendukung ASI (WHO, UNICEF, & IBFAN, 2016). KP-ASI yang terbaik adalah orang-orang yang berada dekat dengan kehidupan ibu atau kelompok masyarakat yang memiliki intensitas interaksi yang tinggi dan cenderung homogen (kultur dan sosioekonomi). Komunitas ibu adalah kelompok fokus utama dalam kegiatan menyusui yang terlibat langsung bersama bayi di tengah keluarga. Menggandeng mitra Kelompok Pendukung ASI “Lactalover Makassar” sebagai sasaran pengembangan dan peningkatan kapasitas. Lactalover Makassar adalah salah satu kelompok pendukung ASI yang terbentuk sejak Juni 2017. Berbasis di Wilayah Kota Makassar, kelompok ini sudah beranggotakan sekitar 145 ibu, baik yang sedang menyusui, yang telah melewati fase menyusui, yang sedang hamil ataupun yang baru merencanakan untuk berkeluarga. Kehadiran kelompok ini berawal dari kesamaan persepsi mengenai betapa beratnya menjalankan peran sebagai ibu baru dalam hal menyusui tanpa dukungan dari teman sebaya. Visi kelompok ini adalah menuju literasi ASI dan 80% ibu menyusui hingga dua tahun di Kota Makassar pada tahun 2030. Misi yang mereka bawa yakni menjadi inspirator produktif ASI dimanapun dan kapanpun, mengajak sebanyak-banyaknya ibu untuk menjadi peer-konselor, dan mengedukasi keluarga (suami, ibu, mertua, kakak, adik, sepupu) tentang pentingnya ASI bagi kehidupan Anggota KP-ASI Lactalover adalah ibu-ibu yang didominasi oleh ibu rumah tangga dan sebagian kecil ibu bekerja, berlatar belakang Bugis-Makassar. Pendekatan budaya dipandang juga perlu dilibatkan dalam memberikan solusi untuk membangkitkan gerakan yang dibawa oleh kelompok ini. Berdasarkan skala prioritas yang diharapkan dari kerjasama pengembangan komunitas ini maka, dipilihlah kegiatan peningkatkan kapasitas pengetahuan individu anggota KP-ASI Lactalover Makassar melalui program terstruktur pelatihan dasar sebagai konselor menyusui sesama ibu. Menyiapkan SDM Kelompok yang berkualitas adalah strategi yang kami pandang sebagai faktor utama yang akan menggerakkan kelompok ini mencapai visi dan misisnya.

Metode pelaksanaan kegiatan akan dibagi menjadi empat tahap yakni:

1. Tahap Inisiasi dan Seleksi
Pada tahap ini, kami akan memilih dan menyeleksi beberapa anggota kelompok dengan kriteria tertentu (memiliki nilai dedikasi yang tinggi terhadap ASI, dibuktikan dengan riwayat kesuksesan memberikan ASI secara Esklusif pada anak-anaknya, memiliki waktu dan bersedia meluangkan waktu untuk memberi bantuan praktis yang diharapkan oleh anggota komunitas). Berdasarkan hasil seleksi dan rekomendasi dari kelompok KP-ASI Lactalover Makassar memilih 13 peserta dari 29 yang mengajukan diri untuk ikut pelatihan. Kriteria seleksi yang menjadi dasar ialah ibu yang memiliki pengalaman menyusui bayi secara eksklusif, dan diperpanjang selama dua tahun; memiliki sikap yang positif terhadap promosi ASI, bersedia untuk membantu sesame anggota kelompok yang menemui hambatan menyusui, berdedikasi pada peran yang telah dipilih Bersama dengan anggota komunitas lainnya.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelatihan akan dilakukan dalam satu hari dengan membagi pelatihan menjadi enam sesi. Tiga sesi pertama adalah pendalaman materi seputar ASI dan menyusui, disertai dengan praktik. Tiga sesi berikutnya adalah pembekalan keterampilan konselor disertai dengan praktik. Semua materi pelatihan diadaptasi dari Modul 40 Jam WHO/UNICEF Pelatihan Konselor Laktasi Nasional.
Proses Kegiatan Pelaksanaan Pelatihan (Sesi 2-4)
Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 14 April 2019 dilaksanakan di Hotel Jolin Makassar. Peserta pelatihan terdiri dari 12, kegiatan dimulai pada pukul 08.00-18.00.
Kegiatan pertama diawali dengan pelaksanaan pre-test, yang terdiri dari tiga dimensi pengetahuan menyusui yakni manfaat ASI, mekanisme pengeluaran ASI, dan keterampilan menyusui. Instrument penilaian terdiri dari 15 pertanyaan. Kemudian dilanjut dengan pemberian materi pendalaman ilmu pengetahuan dan keterampilan laktasi dalam tiga sesi secara berturut-turut: Manfaat Menyusui, Cara Kerja Menyusui dan Menilai Proses Menyusui. Kemudian Praktik Menilai Kegiatan Menyusui. Dilanjutkan dengan materi pendalaman keterampilan komunikasi dan konseling dalam tiga sesi secara berturut-turut: Keterampilan Mendengar dan Mempelajari, Keterampilan Membangun Percaya Diri dan Memberi Dukungan, dan Kemampuan Mempertahankan Menyusui. Sesi pelatihan kemudian ditutup dengan post-test.
Berdasarkan hasil analisis data (paired sample t-test) dan uji normalitas data (Kologorof Smirnov p>0.2), nampak berbeda secara bermakna perubahan pengetahuan ibu setelah mengikuti pelatihan.
Foto Bersama pemateri dan peserta pelatihan
3. Tahap Evaluasi Hasil Kegiatan
Evaluasi hasil kegiatan terdiri dari tiga, yakni pre-test sebelum berlangsung kegiatan, diakhiri dengan post-test setelah pelatihan. Evaluasi kedua yakni, peserta pelatihan harus melaporkan hasil pelaksanaan konseling kepada klien di lapangan (Ibu menyusui) dalam bentuk form terstruktur disertai bukti konseling. Evaluasi ketiga adalah bentuk konfirmasi dari klien yang telah diberi konseling, lebih kepada survei kepuasan selama berinteraksi dengan peer-konselor. Pada pre-test, rata-rata peserta mendapatkan nilai 9,00 untuk pengetahuan dan keterampilan menyusui. Setelah pelatihan rata-rata nilai peserta meningkat menjadi 10.5.
Perbandingan skor penilaian sebelum dan setelah pelatihan peer konselor laktasi

Walaupun peningkatan nilai hanya 1.5 point namun secara bermakna rentang seluruh skor meningkat secara bermakna meninggalkan kuadran pertama pada bagan boxplot di atas. Nilai minimum sebelum pelatihan adalah 7.00 menjadi 8.00 setelah pelatihan. Dan nilai tertinggi setelah pelatihan adalah 13.
4. Tahap Evaluasi Outcome Konseling Terhadap Beberapa Anggota KP-ASI Lactaover Makassar
Tahapan ini adalah penilaian kinerja peer-konselor selama dua bulan setelah pelatihan, dengan melihat keaktifan grup konseling dan indicator peningkatan jumlah anggota dan kegiatan rutin bulanan yang terlaksana dipandu oleh peer konselor terlatih.
Setelah dua bulan pelaksanaan kegiatan pelatihan peer konselor, mereka yang terlatih tersebut diminta untuk melaporkan kinerja selama dua bulan paling tidak membantu mengatasi permasalahan seputar laktasi dengan merapkan dua keterampulan utama komunikasi dan konseling, yakni latihan mendengar dan memahami, membangun percaya diri dan memberi dukungan dan, mempertahankan menyusui. Melalui form survei terhadap seluruh anggota KP-ASI yang tergabung dalam grup whatsapp, kami mendapatkan kesan bahwa, ketanggapan peer konselor dalam menjawab keluhan-keluhan seputar menyusui menjadi lebih cepat, dibandingkan sebelum adanya peer-konselor dalam kelompok. Kemudahan memperoleh pelayanan informasi meningkat karena ada sepuluh ibu yang siap memberikan informasi dan bantuan praktis bila diperlukan, semakin banyak ibu yang mengajak teman teman sesama ibu untuk bergabung dalam KP-ASI Lactalover Makassar karena merasa kelompok ini sangat membantu dalam proses belajar menyusui, barrier wilayah, waktu, jarak dapat diatasi melalui konseling berbasis grup.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mampu meningkatkan kapasitas para ibu rumah tangga khususnya ibu menyusui untuk sama-sama menguatkan peran dalam mendukung upaya literasi laktasi. Pelatihan peer-konselor mampu mengatasi hambatan jarak, waktu, dan tempat bagi ibu menyusui untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan pada saat menghadapi kendala dalam memberikan ASI.

Kedepan diperlukan perluasan dampak kegiatan kemitraan bersama, agar dapat dirasakan oleh lebih banyak ibu, dan meningkatkan kemandirian, mentalitas, dan kapasitas ibu sebagai penggerak rumah tangga. Menyusui adalah tanggungjawab ibu, tapi memberi kesempatan bagi ibu menyusui lebih lama adalah tanggung jawab seluruh masyarakat.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »